BestieIndonesiaNews.id, Kepulauan Seribu – Hidup sebagai nelayan di Kepulauan Seribu tentu bukan perkara mudah. Ombak besar, cuaca yang sulit ditebak, hingga hasil tangkapan yang kian menurun, membuat banyak nelayan harus memutar otak agar dapur tetap mengepul. Namun siapa sangka, di balik kerasnya hidup di laut, sekelompok nelayan justru mampu menghadirkan karya indah dari bahan yang sering dianggap tidak berguna: limbah kayu.
Adalah Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mancing Bahagia dari Kelurahan Pulau Kelapa II, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, yang berhasil menyulap potongan kayu bekas menjadi kerajinan miniatur kapal bernilai ekonomis tinggi.
Inovasi ini lahir dari program Pelaut Tangguh binaan PT Pertamina Hulu Energi Offshore South East Sumatera (PHE OSES), yang sejak 2023 hadir untuk memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat pesisir.
Ketua KUB Mancing Bahagia, Bahrudin, mengaku awalnya para nelayan hanya beraktivitas di laut. Saat musim paceklik tiba, waktu luang banyak terbuang tanpa hasil.
“Alhamdulillah ada peningkatan. Awalnya kita jalan sendiri-sendiri, tidak ada kelompok. Sekarang dengan adanya binaan PHE OSES, banyak kekosongan waktu nelayan bisa diisi dengan kegiatan bermanfaat. Bahkan menghasilkan karya bernilai ekonomis tinggi, dan ini sangat membantu kami,” ujarnya penuh syukur.
Dari Limbah Jadi Peluang
Di tangan para nelayan, sisa kayu yang biasanya hanya teronggok di sudut-sudut perkampungan kini berubah menjadi miniatur kapal yang detail dan indah. Setiap kapal dirakit dengan telaten, mencerminkan keahlian mereka sebagai pelaut yang mengenal betul bentuk dan fungsi kapal sesungguhnya.
Menurut Bahrudin, ide ini muncul saat mereka menyadari banyaknya limbah kayu yang terbuang percuma. Dengan pendampingan dan bantuan mesin dari PHE OSES pada 2024, keterampilan anggota kelompok semakin berkembang. Kini, kerajinan miniatur kapal tersebut mulai menarik perhatian wisatawan maupun kolektor, bahkan ada rencana untuk dipamerkan di Jakarta dalam waktu dekat.
“Kalau dulu hanya fokus ke laut, sekarang limbah kayu pun bisa disulap jadi kerajinan miniatur kapal. Harapan kami ke depan kelompok ini bisa lebih maksimal dan terus didampingi,” tambahnya.
Lebih dari Sekadar Mencari Ikan
Mayoritas warga Pulau Kelapa II memang menggantungkan hidup dari laut. Namun dengan adanya KUB Mancing Bahagia, mereka kini memiliki identitas baru: nelayan kreatif yang mampu mengolah sampah menjadi sumber penghasilan tambahan. Hal ini sekaligus menepis stigma bahwa nelayan hanya bisa mengandalkan tangkapan ikan.
Program ini juga menumbuhkan rasa kebersamaan. Gotong royong menjadi kunci, di mana para anggota saling berbagi pengalaman dan keterampilan.
“Dengan adanya kelompok ini, rasa persaudaraan semakin kuat. Kita saling dukung, baik saat melaut maupun saat membuat kapal mini,” kata salah satu anggota KUB.
CSR yang Menyentuh Kehidupan
Inovasi nelayan Kepulauan Seribu ini menjadi bukti nyata keberhasilan program CSR. PHE OSES tidak hanya hadir memberikan bantuan materi, tetapi juga mendampingi masyarakat agar mandiri dan kreatif.
Melalui pendekatan ini, nelayan tidak lagi sekadar penerima manfaat, melainkan juga menjadi pelaku utama dalam mengembangkan usaha.
Semangat ini membuktikan bahwa pemberdayaan masyarakat pesisir bisa berjalan efektif bila dilakukan dengan hati. Nelayan yang biasanya identik dengan kesederhanaan, kini menjelma menjadi bagian dari ekonomi kreatif yang potensial.
KUB Mancing Bahagia ingin terus mengembangkan usaha ini. Mimpi mereka sederhana namun bermakna: hasil karya miniatur kapal bisa dikenal lebih luas, menjadi ikon baru Kepulauan Seribu, dan tentu saja, menambah kesejahteraan keluarga.
Dari laut hingga ke darat, dari jaring ikan hingga miniatur kapal, para nelayan Pulau Kelapa II membuktikan bahwa kreativitas bisa lahir dari mana saja. Dan di tangan mereka, limbah kayu bukan lagi sampah, melainkan simbol harapan baru.