BestieIndonesiaNews.id, Tabik Pun - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024 sudah di depan mata.
Tinggal hitungan bulan, kita akan kembali menentukan pemimpin yang akan membawa daerah kita menuju kemajuan. Namun, menjelang perhelatan akbar ini, kita sering kali dihadapkan pada isu-isu yang berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan masyarakat.
Politisasi isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan) masih menjadi ancaman nyata yang harus kita waspadai.
Pilkada adalah momentum demokrasi yang seharusnya menjadi ajang adu gagasan dan program kerja para calon pemimpin daerah.
Namun, tidak jarang kontestasi ini diwarnai oleh strategi politik yang tidak sehat, seperti penyebaran hoaks, fitnah, dan provokasi yang bertujuan untuk memecah belah masyarakat.
Beberapa pihak mungkin menggunakan isu SARA sebagai alat kampanye, memanfaatkan perbedaan yang ada di masyarakat untuk meraih dukungan.
Tindakan semacam ini sangat berbahaya, karena bisa menimbulkan konflik sosial yang berkepanjangan.
Kita harus belajar dari pengalaman Pilkada sebelumnya, di mana isu SARA menjadi senjata utama untuk menjatuhkan lawan politik.
Akibatnya, kerukunan dan keharmonisan masyarakat terganggu. Ketegangan sosial meningkat, dan kepercayaan antar kelompok menurun.
Padahal, Indonesia adalah negara yang majemuk, terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya. Keberagaman ini seharusnya menjadi kekuatan, bukan sumber konflik.
Sebagai warga negara yang baik, kita memiliki peran penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan.
Pertama, kita harus kritis dalam menerima informasi. Jangan mudah terprovokasi oleh berita-berita yang tidak jelas sumbernya. Hoaks dan fitnah sering kali disebarkan untuk mengadu domba masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu mengecek kebenaran informasi sebelum menyebarkannya.
Kedua, kita harus aktif berpartisipasi dalam proses demokrasi dengan cara yang sehat. Pilihlah calon pemimpin berdasarkan program kerja dan rekam jejaknya, bukan berdasarkan isu-isu yang memecah belah.
Diskusikan visi dan misi para calon dengan kepala dingin dan hati terbuka. Jangan biarkan perbedaan pandangan politik merusak hubungan kita dengan tetangga, teman, atau keluarga.
Ketiga, kita harus mendorong para calon pemimpin untuk berkompetisi secara sehat. Tuntut mereka untuk fokus pada penyampaian program kerja dan solusi konkret untuk masalah-masalah yang dihadapi daerah.
Kritiklah mereka yang menggunakan strategi politik yang kotor dan memecah belah. Sampaikan aspirasi kita secara damai dan beradab.
Keempat, peran media massa juga sangat penting dalam menjaga suasana kondusif selama Pilkada.
Media harus berperan sebagai penyampai informasi yang akurat dan berimbang. Media juga harus bertanggung jawab dalam mencegah penyebaran hoaks dan provokasi.
Selain itu, media harus memberikan ruang yang cukup bagi semua calon untuk menyampaikan visi dan misinya, sehingga masyarakat bisa memilih dengan bijak.
Kita juga harus mengapresiasi upaya pemerintah dan aparat keamanan dalam menjaga stabilitas selama Pilkada.
Pengawasan dan penegakan hukum harus dilakukan secara tegas terhadap pihak-pihak yang mencoba mengganggu ketertiban umum.
Namun, hal ini harus dilakukan dengan tetap menghormati hak asasi manusia dan prinsip-prinsip demokrasi.
Pada akhirnya, Pilkada adalah tentang kita semua, tentang masa depan daerah dan negara kita. Mari kita jadikan Pilkada sebagai pesta demokrasi yang benar-benar menggembirakan, di mana setiap suara dihargai dan setiap aspirasi didengar.
Jangan biarkan isu-isu yang memecah belah mengganggu proses demokrasi yang sudah kita bangun bersama.
Sebagai bangsa yang besar, kita harus menunjukkan bahwa kita bisa bersatu dalam perbedaan. Mari kita buktikan bahwa keberagaman adalah kekuatan kita.
Pilkada adalah saatnya kita menunjukkan kedewasaan berdemokrasi, dengan tidak membiarkan diri kita dipecah belah oleh isu-isu yang tidak bertanggung jawab.
Mari kita songsong Pilkada 2024 dengan semangat persatuan dan kebersamaan, demi masa depan yang lebih baik untuk kita semua.