Oleh : Arif Fahrudin / Fahri
BestieIndonesiaNews.id, Tabik Pun – Pilkada serentak yang akan digelar di berbagai daerah pada tahun 2024 menyisakan sejumlah pertanyaan penting, salah satunya adalah apakah dalam kontestasi politik Lampung Timur, kemungkinan terjadi skenario melawan kotak kosong?
Isu ini semakin menarik untuk dibahas, mengingat dinamika politik di tingkat lokal yang seringkali menghadirkan kejutan dan intrik yang tak terduga.
Secara umum, melawan kotak kosong terjadi ketika hanya ada satu pasangan calon yang mendaftar dalam pemilihan kepala daerah.
Dalam situasi seperti ini, lawan dari calon tunggal adalah kotak kosong, di mana para pemilih diberikan pilihan untuk menerima atau menolak calon tersebut.
Jika calon tunggal menang, dia otomatis menjadi kepala daerah. Namun, jika kotak kosong yang menang, pemilu harus diulang dan partai-partai politik atau individu baru dapat mendaftar sebagai calon.
Untuk memahami apakah skenario melawan kotak kosong mungkin terjadi di Lampung Timur, kita perlu menelaah lebih dalam dinamika politik lokal yang sedang berkembang.
Lampung Timur, sebagai salah satu kabupaten yang memiliki populasi pemilih signifikan, telah menjadi medan perebutan kekuasaan politik yang ketat.
Banyak tokoh lokal, baik yang berasal dari kalangan politisi maupun pengusaha, memiliki ambisi untuk mencalonkan diri dalam Pilkada ini.
Namun, ada sejumlah faktor yang bisa membuka jalan bagi skenario kotak kosong. Salah satunya adalah minimnya tokoh kuat yang berani maju dan mendapatkan dukungan partai politik.
Banyak partai politik cenderung pragmatis dalam memilih calon yang mereka dukung.
Mereka tidak ingin mengambil risiko mendukung calon yang kurang populer atau tidak memiliki basis dukungan yang kuat.
Jika hanya satu pasangan calon yang mampu memobilisasi dukungan luas, partai-partai politik lain mungkin merasa lebih aman untuk mendukung pasangan tersebut daripada harus menghadapi kekalahan.
Selain itu, faktor internal partai juga memainkan peran penting. Jika terjadi perpecahan internal atau kesulitan dalam menemukan calon yang dianggap mampu bersaing, partai-partai mungkin lebih memilih untuk tidak mencalonkan pasangan calon, yang pada akhirnya dapat membuka ruang bagi calon tunggal.
Melawan kotak kosong jelas bukan skenario ideal dalam sebuah demokrasi. Pilkada seharusnya menjadi arena bagi berbagai calon yang memiliki visi, misi, dan program kerja yang berbeda untuk menawarkan alternatif pilihan kepada masyarakat.
Jika hanya ada satu calon yang maju, maka esensi demokrasi itu sendiri terancam. Pemilih tidak lagi memiliki pilihan nyata, melainkan hanya sekadar menyetujui atau menolak calon tunggal tersebut.
Namun, dalam beberapa kasus di Indonesia, skenario melawan kotak kosong pernah terjadi. Misalnya, pada Pilkada Makassar 2018, di mana pasangan petahana Danny Pomanto melawan kotak kosong setelah pasangan lain didiskualifikasi.
Fenomena ini menunjukkan bahwa kotak kosong bukanlah sekadar ancaman teoritis, melainkan bisa menjadi kenyataan di berbagai daerah, termasuk di Lampung Timur.
Apabila skenario ini benar-benar terjadi di Lampung Timur, ada beberapa dampak yang patut diwaspadai.
Pertama, legitimasi pemimpin yang terpilih mungkin dipertanyakan, terutama jika jumlah pemilih yang mendukung kotak kosong cukup signifikan.
Meskipun secara hukum calon tunggal tetap sah menjadi kepala daerah jika menang, secara moral dan politik, hal ini bisa menimbulkan perdebatan dan merusak kepercayaan publik terhadap proses demokrasi.
Kunci dari terjadinya skenario melawan kotak kosong atau tidak adalah partisipasi pemilih dan kesadaran politik masyarakat.
Jika pemilih di Lampung Timur memiliki kesadaran politik yang tinggi dan menuntut lebih banyak pilihan, maka kemungkinan besar skenario kotak kosong bisa dihindari.
Di sisi lain, jika partisipasi politik rendah dan banyak pemilih yang apatis, hal ini bisa membuka jalan bagi terjadinya calon tunggal.
Penting bagi masyarakat Lampung Timur untuk terus terlibat aktif dalam proses politik ini, baik dengan mengawal proses pencalonan maupun memastikan bahwa mereka memberikan suaranya secara bijak pada hari pemilihan.
Masyarakat perlu memahami bahwa suara mereka memiliki dampak besar, dan keterlibatan aktif mereka dalam proses politik adalah kunci untuk mencegah skenario-skenario yang merugikan demokrasi.
Nah, dari kesimpulan diatas, mungkinkah Pilkada Lampung Timur melawan kotak kosong? Jawabannya adalah mungkin, namun itu sangat bergantung pada dinamika politik yang berkembang dan partisipasi aktif masyarakat serta partai politik lokal.
Skenario kotak kosong memang memberikan tantangan tersendiri bagi demokrasi lokal, namun bukan berarti tak bisa dihindari.
Keberhasilan dalam menciptakan kompetisi yang sehat di Pilkada Lampung Timur sangat bergantung pada upaya bersama dari semua pihak, baik partai politik, calon pemimpin, maupun masyarakat pemilih.
Dengan semakin dekatnya jadwal Pilkada, Lampung Timur harus terus berupaya menjaga semangat demokrasi agar tetap hidup.
Hanya dengan persaingan yang sehat dan adil, serta partisipasi yang aktif dari masyarakat, Pilkada Lampung Timur dapat menjadi contoh baik bagaimana proses politik yang demokratis dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan pemimpin yang benar-benar didukung oleh rakyat.
(**).