Program seribu asa phe oses penurunan stunting dan gizi buruk di pulau kelapa. (Rif)
BestieIndonesiaNews.id, Kepulauan Seribu – Di sebuah aula sederhana di Pulau Kelapa, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, raut bahagia terpancar dari wajah Zulyani. Dia tak lagi khawatir melihat tumbuh kembang anaknya, Fatan, yang sempat divonis stunting oleh tenaga kesehatan setempat.
“Alhamdulillah, berat badan anak saya yang dulu hanya 10 kilogram sekarang sudah 12 kilogram. Tingginya juga sudah bertambah jadi 96 cm. Terima kasih kepada PHE OSES dan semua pihak yang peduli,” ucapnya penuh haru.
Kisah Fatan hanyalah satu dari sekian banyak cerita keberhasilan Program Seribu Asa yang digagas PT Pertamina Hulu Energi Offshore South East Sumatera (PHE OSES).
Program ini diluncurkan pada 2023 dengan fokus menekan angka gizi buruk dan stunting di wilayah Kepulauan Seribu, yang selama ini menghadapi keterbatasan akses gizi, air bersih, dan layanan kesehatan.
Menjawab Tantangan Stunting di Kepulauan
Sejak awal berjalan, Seribu Asa menyasar intervensi pada kelompok paling rentan: anak balita, ibu hamil, ibu menyusui, serta calon pengantin (catin). Langkah ini sesuai dengan prinsip 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang diyakini menjadi masa emas menentukan kualitas tumbuh kembang anak.
PIC Program Seribu Asa di Pulau Kelapa, Gadis, menyampaikan bahwa sejak 2023 pihaknya telah mendampingi puluhan anak dengan indikasi stunting.
“Tahun pertama ada 36 anak terindikasi stunting. Dua di antaranya dinyatakan lulus karena pertumbuhan sudah sesuai standar. Pada 2024 angka ini menurun menjadi 17 anak, dan di 2025 kembali berkurang hanya menjadi 9 anak,” jelasnya
Hasil ini tak lepas dari upaya berlapis: pemberian makanan bergizi, vitamin, hingga stimulasi perkembangan melalui metode montessori.
Selain itu, PHE OSES juga menyelenggarakan kelas khusus untuk ibu hamil dan menyusui sebagai pencegahan stunting sejak dini.
Dari Jamban Sehat hingga Kelas Montessori
Program Seribu Asa tidak hanya menyentuh aspek gizi. Di sisi lain, PHE OSES juga membangun 13 jamban sehat bagi rumah tangga di Pulau Kelapa. Upaya ini bertujuan memutus rantai penyakit yang kerap menghambat penyerapan gizi anak.
Sementara di bidang pendidikan, kelas montessori yang dikembangkan memberi kesempatan anak-anak belajar dengan pendekatan yang ramah, interaktif, dan stimulatif. Kegiatan ini diyakini efektif mempercepat perkembangan motorik maupun kognitif anak.
“Pendampingan dilakukan intensif, bahkan komunikasi harian dengan orang tua kita pantau lewat grup WhatsApp. Dengan begitu, perkembangan anak bisa dicatat dari hari ke hari,” tambah Gadis.
Kolaborasi Lintas Sektor
Salah satu kekuatan program ini adalah kolaborasi. PHE OSES tidak bekerja sendiri, tetapi menggandeng kader Dasa Wisma, tenaga kesehatan, guru PAUD, hingga Puskesmas setempat.
Kader berperan vital: mereka memastikan makanan bergizi benar-benar dikonsumsi anak, membagikan vitamin, hingga memberi penyuluhan rutin kepada orang tua.
“Kalau hanya bantuan sesaat, hasilnya tidak akan maksimal. Makanya, pendampingan berkelanjutan dan peran masyarakat sangat penting,” kata Gadis.
Dampak Nyata di Lapangan
Cerita Fatan dan anak-anak lainnya menjadi bukti bahwa intervensi tepat sasaran bisa membawa perubahan besar. Tidak sedikit orang tua yang awalnya pesimis kini kembali bersemangat melihat buah hati mereka bertumbuh dengan sehat.
“Anak-anak sekarang lebih aktif, berat badan dan tinggi badan naik. Bahkan, ada yang sudah berani tampil percaya diri saat mengikuti kelas montessori,” ungkap salah satu kader Dasa Wisma.
Program Seribu Asa kini telah mencakup Kelurahan Pulau Kelapa, Pulau Panggang, dan Pulau Harapan. Dengan angka stunting yang terus menurun tiap tahun, masyarakat mulai optimis bahwa Kepulauan Seribu bisa terbebas dari gizi buruk di masa mendatang.
Harapan untuk Generasi Emas
Lebih dari sekadar program sosial, Seribu Asa menjadi wujud nyata komitmen PHE OSES terhadap pembangunan berkelanjutan di wilayah operasinya. Target besarnya adalah mencetak generasi sehat, cerdas, dan berkualitas, yang kelak menjadi modal utama pembangunan bangsa.
“Stunting bukan hanya persoalan kesehatan, tapi juga masa depan bangsa. Karena itu, kita semua harus bergerak bersama. Semoga keberhasilan ini bisa menginspirasi wilayah lain,” tutup Gadis.
Di balik angka statistik, ada wajah-wajah kecil yang kini bisa tersenyum lebih cerah. Dan di Kepulauan Seribu, Seribu Asa telah menyalakan harapan baru bagi masa depan generasi penerus.
Laporan: Arif Fahrudin